Pengembangan Sapi Perah Sumsel Terkendala Terbatasnya Pakan

"Sumsel berpotensi menghasilkan susu sapi tetapi banyak kendala yang menghalangi pengembangannya," kata Max Sullistio di sela gelaran Gerakan Masal Minum Susu dan Makan Telok (Gema Musi Elok) di Kambang Iwak Palembang, Minggu.

Menurut dia, peternak sapi perah khususnya di Sumatera Selatan harus punya keterampilan dan niat, sehingga semua kendala itu dapat diatasi.

"Sapinya dan kandangnya harus bersih, budaya seperti itu belum ada di peternakan kita," ujarnya.

Selain itu kendala yang cukup mendasar adalah ketersediaan pakan bagi sapi perah masih minim.

"Padahal bahan baku pakan yaitu limbah kelapa sawit didatangkan dari provinsi ini," jelasnya.

Pakan sapi perah sendiri saat ini lebih banyak didatangkan dari Lampung, sehingga harganya menjadi lebih mahal.

Namun menurut dia, bukan tidak mungkin Sumsel menjadi provinsi penghasil susu, di samping sudah memiliki pencapaian yang sangat baik dalam menghasilkan telur.

"Semuanya bicara tentang teknologi dan kesiapan, maka yang sulit termasuk masalah pakan bisa diusahakan," kata dia.

Dijelaskannya, Sumsel sendiri tingkat konsumsi susu hanya mencapai 3,7 liter per kapita, sementara target nasional 11 liter perkapita.

Gerakan massal minum susu dan makan telok (telok istilah Sumsel yang artinya adalah telur-red) dicanangkan pada hari itu ditetapkan sebagai gerakan untuk memompa semangat membudayakan minum susu dan makan telur.

"Komitmen istri Gubernur Sumsel Ny Eliza selaku ketua PKK dan Gubernur Alex Noerdin membuat kita menjadi tuan rumah pada helatan Gerakan minum susu 2015," ungkap dia.

Tidak hanya itu, Dinas Peternakan yang ada di daerah memberikan respon sangat positif terhadap pengembangan ternak sapi perah, katanya.

 

www.antarasumsel.com