April, Keputusan Tentang BBM Subsidi

Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada tiga opsi yang sudah ditangan Pressiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pertama adalah terkait harga BBM, kemudian bukan harga dan kombinasi dari keduanya.

 

"Pokoknya akan ada kebijakan dan kebijakan itu jangan dihadapkan harga atau bukan harga. Kalau menurut saya ada 3, kebijakan harga, bukan harga, kombinasi," katanya di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (19/3).

 

Ia mengaku, tidak mengetahui apa yang menjadi keputusan nantinya. Namun, tiga opsi tersebut telah dihitung sangat matang. "Kan saya bilang itu tiga opsi, nanti mana yang dipilih kita akan lihat. Tapi kita sudah sampaikan ada tiga opsi yang memungkinkan untuk dilakukan dengan tentunya pro and cost-nya ya," papar Bambang.

 

Terkait kombinasi, ia enggan untuk menjelaskan lebih rinci. Ketika disinggung soal angka kenaikkan Rp1.000, Bambang tak kunjung memberikan jawaban. "Enggak usah di bahas ya," tegasnya.

 

Sementara Harbrindrejit Singh Dillon, utusan khusus Presiden bidang penanggulangan kemiskinan mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipastikan tidak akan menaikkan harga BBM per April ini.

 

"Presiden dapatkan input dari berbagai kalangan. Setelah dipertimbangkan, beliau memastikan tidak akan ada kenaikkan (BBM) pada bulan April," terang Dillon. Menurut Dillon, Presiden SBY berpendapat kurang tepat jika harga BBM dinaiikan per April karena mempertimbangkan banyak aspek. Namun, Dillon enggan membeberkan apa saja yamng membuat SBY masih ragu menaikkan harga BBM. Yang pasti, SBY telah menerima masukkan dari berbagai kalangan hingga akhirnya memutuskan belum perlu menaikkan harga BBM subsidi pada April.

 

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklaim konsumsi BBM subsidi hanya sebesar 0,7%. Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) BPH Migas Djoko siswanto mengatakan, bahwa konsumsi BBM subsidi saat ini masih normal.

 

"Konsumsi BBM subsidi sampai saat ini masih normal, over kuota hanya 0,7%, over kuota di bawah 1% itu masih normal," ucap Djoko. Dirinci Djoko, konsumsi BBM subsidi pada Januari 2013 untuk premium mencapai 2.391.418 kilo liter, solar mencapai 1.277.670 KL dan minyak tanah/kerosine mencapai 95.075 KL.

 

"Sedangakan pada Februari konsumsi BBM subsidi mencapai 2.192.430 KL, solar mencapai 1.165.267 KL dan minyak tanah mencapai 86.941 KL," ungkap Djoko. "Over cuma 0,7% termasuk normal kategori dibawah 1% adalah normal," tandas Djoko.

 

Seperti diketahui dalam APBN 2013, kuota BBM subsidi ditetapkan sebesar 46,01 juta KL dengan rincian premium 29.20 juta, solar 15,11 juta KL, dan minyak tanah 1,7 KL.

 

PT Pertamina (Persero) sebagai salah satu badan usaha yang menyalurkan sebagian besar kuota BBM subsidi tahun 2013, memperkirakan konsumsi BBM subsidi akan melebihi dari kuota yang ditetapkan dalam APBN 2013, sebesar 5,5 juta KL.

 

"Melihat tren peningkatan konsumsi BBM subsidi yang meningkat hingga 11% tahun ini, diperkirakan kuota BBM subsidi akan melewati kuota APBN subsidi," ucap Senior Vice Presiden Feul Marketing and Distribution PT Pertamina Suhartoko.

 

Dikatakan Suhartoko, jika tidak dilakukan berbagai upaya untuk mengerem konsumsi BBM subsidi, maka konsumsi premium tahun ini akan melebihi kuota sebesar 3-3,5 juta KL atau sekitar 32,7 juta KL. Sedangkan konsumsi solar diperkirakan akan melebihi kuota sebesar 2 juta KL atau mencapai 17,11 juta KL.

 

Sumber: Harian Umum BeritaPagi, edisi Rabu 20 Maret 2013