BAPPEDA FASILITASI Review and ASsessment of The IMT-GT Economic Corridors

Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) didirikan  pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke-1 di Langkawi, Malaysia, pada 20 Juli 1993 yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan negara-negara IMT-GT dan mempercepat  ekonomi transformasi Provinsi-Provinsi/negara bagian yang masih terbelakang di tiga negara anggota

Melalui kerja sama IMT-GT, sektor swasta terus didorong menjadi “engine of growth”. Untuk tujuan tersebut telah dibentuk suatu wadah bagi para pengusaha di kawasan IMT-GT yang disebut Joint Business Council (JBC). JBC secara aktif ikut dilibatkan dalam rangkaian SOM/MM IMT-GT setiap tahunnya.

Wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari kerja sama IMT-GT adalah provinsi-provinsi: Aceh, Bangka-Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Bappeda Provinsi Sumatera Selatan mengadakan Rapat Terkait IMT-GT and Assessment of IMT-GT Economic Corridors pada tanggal 24 Oktober  bertempat memenuhi  permintaan dari Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI untuk mem fasilitasi  Review and assessment of the IMT-GT Economic Corridors

Rapat diselenggarakan  di ruang rapat Balaputradewa Bappeda Provinsi Sumatera Selatan pada Pukul 13.00 WIB, dipimpin oleh Kasubbid Pariwisata, Industri dan Perdagangan Bappeda Provinsi Sumsel bapak Hari Wibawa, SP, MM serta dihadiri Regional Cooperation and Institution Building Expert, Asian Develpoment Bank, beberapa OPD dari Provinsi Sumatera Selatan dan perwakilan dari Bidang-bidang Bappeda Prov.Sumsel.

Carolina S. Guina dari Asian Development Bank (ADB) pada kesempatannya mengatakan bahwa,” Studi ini bertujuan untuk meninjau stok kemajuan yang dibuat dalam lima koridor ekonomi dan menilai kemungkinan koridor keenam (EC 6), terutama di sisi Indonesia. IMT-GT telah menetapkan lima koridor ekonomi (EC) sebagai andalannya yaitu : EC 1: Extended Songkhla-Penang-Medan, EC 2: Selat Malaka, EC 3: Bandah Aceh-Medan-Pekanbaru-Palembang, EC4: Melaka-Dumai dan EC 5: Ranong-Phuket-Aceh, ujarnya

Selanjutnya Carolina mengatakan bahwa ,” Koridor ekonomi 6 (EC 6) adalah koridor yang diinisiasi oleh Thailand. Ada keterbatasan dalam mengembangkan EC 6 ini karena ada jarak/laut yang memisahkan antara Thailand-Malaysia dan Kepri, Sumsel dan Babel. Kunjungan ini untuk melakukan kajian dari sisi ekonomi, pengembangan kawasan industri dan pelabuhan.

Diungkapkannya juga bahwa,” pada IMT-GT MM yang diselenggarakan di bulan  Oktober 2018 telah dimunculkan ide untuk membangun koridor ekonomi keenam EC 6 yang menghubungkan Pattani-Yala-Narathiwat di Thailand dengan Perak dan Kelantan di Malaysia dan Selatan Sumatera di Indonesia.

Sandy Nur Ikfal  dari LIPI di kesempatan tersebut mengatakan,” Koridor 1 : Belawan-Medan yang dilengkapi oleh pelabuhan dan jalan tol; Koridor 4 : disupport oleh pelabuhan Dumai, Trans Sumatera non toll road, Pekanbaru-Dumai toll road, Bandara Pinang Kampai; Progres koridor 3 : melewati Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Sumsel, ungkapnya.

Selanjutnya Sandy juga menyampaikan tentang Potensi-potensi wisata apa saja yang dapat dijual dari IMT-GT. Kota-kota apa saja di Sumsel yang pertumbuhannya cepat (fast growing) untuk dimasukkan ke dalam studi koridor 6 ini. Konektivitas darat (jalan non tol dan tol) Koridor ekonomi 6 : Provinsi Selatan Thailand (Pattani, Yala dan Narathiwat) Malaysia (Perak dan Kelantan), Indonesia (Kepri, Babel dan Sumsel).Pusat-pusat wisata di Sumsel yang potensi untuk dimasukkan ke koridor 6, tegasnya.

Perwakilan dari dinas Perhubungan mengusulkan ,” Untuk konektivitas koridor 6 (EC 6) diteruskan ke Provinsi Bengkulu karena akan terhubung dengan Sumatera Selatan melalui Kota Lubuk Linggau.  Konektivitas ini akan memperlancar arus keluar masuk barang-barang produk masing-masing daerah.  Pada saat ini sudah ada progres pembangunan jalan tol Palembang-Muara Enim-Lubuk Linggau-Bengkulu (status baru penetapan lokasi), ungkapnya

Produk-produk ekspor utama Sumsel berupa crumb rubber, CPO dan batubara dikirim melalui pelabuhan Boom Baru yang kapasitasnya terbatas (5.000 DWT) dan sebagian lagi dikirimkan melaui pelabuhan yang ada di Provinsi Lampung, dengan adanya rencana pembangunan Pelabuhan Laut Dalam Tanjung Carat yang dilengkapi dengan pembangunan kawasan industri akan meningkatkan volume ekspor Sumsel, tegas perwakilan dari Dinas Perdagangan.

Sementara dalam kesempatan tersebut, perwakilan dari Dinas Pariwisata Dinas mengungkapkan ,” : Sebagai atraksi utama sektor pariwisata Sumsel adalah sport tourism (Sea Games, Asian Games) dimana sektor ini didukung oleh pariwisata budaya (pulau Kemaro, Bukit Siguntang), shopping dan kuliner (pasar 16 Ilir, griya tuan kentang), MICE, dan wisata alam di Kabupaten/Kota Sumsel.

Di kesempatan terakhir, KADIN Sumsel menyarankan,” Perlunya pengusaha Sumsel terutama pada sektor UKM/IKM mempunyai jaringan dan mitra dari negara-negara tetangga untuk memperluas akses pasar dan peningkatan mutu produk mereka, tegasnya.