"Kita minta kepada tim pembebasan lahan segera menyelesaikannya akhir bulan ini sehingga kontraktor dapat segera bekerja," pinta Asisten II Pemprov Sumsel Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Ir H Eddy Hermanto SH dalam rapat koordinasi (rakor), kemarin.
Katanya, akibat belum kelarnya persoalan lahan, progres kedua proyek itu tidak berjalan maksimal. Terungkap, salah satu kendala pembebasan lahan yakni saling klaim dari masyarakat yang merasa memiliki.
"Kita titip uang ganti ruginya di pengadilan. Jadi siapa yang menang dalam sengketa itu silakan mengambil ganti ruginya di pengadilan. Dengan begitu, pengerjaan di lahan sengketa dapat terus dilakukan," kata Eddy memberikan solusinya.
Untuk utilitas sudah tidak ada masalah lagi. Setiap pemilik utilitas sudah menyetujui pemindahan dan justru menantang pihak pengerjaan fisik untuk segera dilakukan. Dicontohkan Eddy, ada pipa PDAM yang tidak dapat dipindahkan di kawasan flyover Jakabaring, posisinya bertepatan dengan pondasi.
"Tidak jadi masalah karena akan dilakukan modifikasi dan penguatan," cetusnya. Sedangkan di kawasan underpass simpang Patal, ada pipa gas yang tidak harus digeser, melainkan hanya perlu proteksi sehingga tak terganggu.
Penjabat Pembuat Komitemen (PPK) Kota Metropolitan Palembang Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III, Ahmad Tarunajaja mengatakan, seluruh utilitas di kawasan underpass simpang Patal akan dipindahkan dua meter ke sisi luar badan jalan, lokasinya masuk dalam lahan yang dibebaskan.
"Jika semuanya sudah bebas, maka siap melakukan pengerjaan fisik. Minggu depan kita melakukan eksekusi, menyiapkan peralatan secara bertahap agar pembangunan bisa segera dilakukan," jelas Taruna.
Diungkapnya, ada utilitas yang harus segera dipindahkan untuk melancarkan pembangunan underpass. Yakni dua pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN ) dan Pertagas. Pada prinsipnya pipa milik PGN sudah siap dipindahkan dan tinggal menunggu waktu.
Untuk pipa milik Pertagas yang langsung menyuplai gas ke PT Pusri Palembang tidak mungkin direlokasi. Untung jaraknya 5-6 meter dari titik dibangunnya underpass sehingga hanya perlu proteksi agar tidak terganggu.
Sedangkan utilitas PDAM juga telah diselesaikan dan prinsipnya tinggal menunggu persetujuan gubernur anggarannya. Begitu pula dengan utilitas PLN dan Telkom yang juga siap dipindahkan.
Terpisah, pengerjaan fisik proyek flyover Jakabaring baru mencapai tiga persen dari seharusnya 10 persen. Djoko Saputra, kepala PPTK pembangunan flyover Jakabaring menjelaskan, terpaksa memindahkan pondasi lantaran ada pipa PDAM yang tak bisa pindah. "Jadi kita pindah pondasi," bebernya.
Ada delapan pondasi dalam pembangunan flyover simpang Jakabaring. Ini untuk menunjang panjang jembatan yang mencapai 435,5 meter. "Pengerjaan pondasi kita lakukan pertengahan Juli," ucap dia.
Tim pembebasan lahan flyover Jakabaring, Hilman mengatakan, masih ada lahan yang belum dibebaskan lantaran belum adanya pengajuan pembayaran ganti rugi. "Ada satu lahan dengan dua pemilik. Bahkan ada satu lahan dengan tiga pemilik. Inilah yang masih jadi masalah," jelasnya.
Perlu Jalan Alternatif
Pengamat transportasi dari Unsri Ir Joni Arliansyah MT mengatakan, diperlukan segera rute (jalan) alternatif di kawasan underpass simpang Patal dan flyover Jakabaring. Rute dan jalan alternatif ini penting disosialisasikan sejak jauh hari.
"Kondisinya juga harus diperbaiki segera agar ketika diperlukan sudah layak dilalui masyarakat," ungkapnya. Sebagai jalan alternatif untuk proyek underpass, kendaraan dari arah Pusri ke jalan AKBP Cek Agus dan sebaliknya dapat melewati jalan alternatif dari Jalan Bukit Kenten serta Jalan Urip Sumoharjo.
Kendaraan dari Kenten/Jalan MP Mangkunegara yang ingin ke Jalan Kol H H Burlian dapat melintasi jalan pekuburan Talang Kerikil atau Jalan Talang Keramat (arah bandara). Untuk yang dari Kenten ke Pusri atau sebaliknya dapat melalui jalan pasar Perumnas dan jalan Sapta Marga.
Penting pula pengendalian jalur alternatif tersebut untuk mengurangi kemacetan.
"Sosialisasi yang paling efektif melalui media massa, lalu didukung spanduk dan lainnya," kata Joni. Jalur alternatif pun penting disiapkan untuk proyek flyover Jakabaring. "Sistem bundaran (u-turn) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan dalam pembangunan flyover simpang Jakabaring,"pungkasnya. (rip/cj6/ce2)
sumeks.co.id