Menteri Pariwisata: Bandara Harus Ada Wifi-nya

Namun, seperti diungkapkan Arief, salah satu kelemahan Indonesia adalah kesiapan teknologi dalam hal ini infrastruktur di bidang informasi, komunikasi, dan teknologi. Hal ini terlihat dari The Global Competitiveness Index (GCI) yang dikeluarkan World Economic Forum.

Pada daftar GCI, persaingan Indonesia dibanding negara-negara lainnya di dunia menempatkan Indonesia berada di peringkat 34 dari 144 negara. Ada beberapa sektor yang menjadi penilaian suatu negara dalam GCI. Menurut Arief, dari daftar tersebut ada tiga sektor yang nilai skornya lemah untuk Indonesia yaitu, infrastruktur, kesiapan teknologi (infrastruktur informasi, komunikasi, dan teknologi), serta kesehatan dan higienitas.

"Perbaikan infrastruktur ICT (information, by HD-V2.2V23.10" href="http://sumsel.tribunnews.com/2014/10/29/menteri-pariwisata-bandara-harus-ada-wifi-nya#">communication, technology) bisa lebih mudah dan lebih murah, dibanding perbaikan hard infrastructure seperti perbaikan jalan," ungkapnya.

Salah satu contohnya perbaikan infrastruktur adalah penyediaan WIFI di bandara-bandara seluruh Indonesia. Selain itu juga, penggunaan teknologi informasi untuk kemudahan para turis. Arief memberi contoh kartu Octopus yang diterapkan di Hongkong. Dengan kartu ini, warga Hongkong maupun turis bisa memakainya untuk membayar kereta cepat, bus, sampai kapal feri, bahkan belanja di supermarket.

Di Indonesia, Arief menuturkan sinergi antara Telkom dan PT KAI (Kereta Api Indonesia) berupa penggunaan kartu pra bayar untuk commuterline. Hasilnya adalah peningkatan jumlah penumpang dan pendapatan.

Digital marketing

Arief mengungkapkan pemasaran pariwisata Indonesia juga tidak bisa lepas dari dunia digital atau teknologi informasi. Walaupun ia mengakui, pemasaran yang konvensional akan tetap dikerjakan.

"Thailand lebih banyak iklannya daripada kita. Tapi itu tidak murah. Kita akan introduce digital marketing," ungkapnya. Konsep pemasaran yang akan ia jalankan adalah pemasaran digital yang lebih sosial dengan penggunaan media sosial dan terpersonalisasi.

Sementara itu, di kesempatan yang sama, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menuturkan di era teknologi informasi, harus digunakan berbagai sarana untuk mempromosikan produk. "Penggunaan teknologi informasi merupakan cara ekonomis dan menyebar cepat untuk mempromosikan pariwisata," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Mari, ia yakin Arief bisa mempromosikan dan memajukan pariwisata Indonesia melalui teknologi informasi. Apalagi ia sendiri sudah melihat salah satu hasilnya. "Saya pernah me-launching produk Pak Arief, aplikasi Android wisata di Banyuwangi, peta untuk ke desa wisata. Itu produk dari Telkom," kata Mari.

 

sumsel.tribunnews.com